Baca Kilas
Showing posts with label Literasi Sekolah. Show all posts
Showing posts with label Literasi Sekolah. Show all posts

Tuesday, November 12, 2019

bacasaza

Prinsip dan Strategi Gerakan Literasi Sekolah



Oleh: Ahmad Ruhiat

etsy.com
Bacasaza – Tiap sekolah harus siap melaksanakan Gerakan Literasi Sekolah demi kemajuan peserta ddiknya, meski sarana dan prasarana dan sumber daya sekolahnya terbatas. Dalam kegiatan literasi adalah peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan (pustakawan, pengawas), dan kepala sekolah.

Semua komponen warga sekolah itu berkolaborasi dalam Tim Literasi Sekolah (TLS) di bawah koordinasi kepala sekolah dan dikuatkan dengan SK kepala sekolah. TLS bertugas untuk membuat perencanaan, pelaksanaan, dan asesmen program. TLS dapat memastikan terciptanya suasana akademis yang kondusif, yang mampu membuat seluruh anggota komunitas sekolah antusias untuk belajar.  Berikut adalah prinsip dan strategi yang dapat diterapkan di sekolah.

A.   Prinsip-prinsip Literasi Sekolah
Menurut Beers (2009) sebagaimana dikutif Satgas GLS Kemendikbud dalam buku Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah (2019: 13-15), bahwa praktik-praktik yang baik dalam Gerakan Literasi Sekolah menekankan prinsip-prinsip sebagai berikut.
Perkembangan literasi berjalan sesuai tahap perkembangan yang dapat diprediksi
Tahap perkembangan anak dalam belajar membaca dan menulis saling beririsan antartahap perkembangan. Memahami tahap perkembangan literasi peserta didik dapat membantu sekolah untuk memilih strategi pembiasaan dan pembelajaran literasi yang tepat sesuai kebutuhan perkembangan mereka.

Program literasi yang baik bersifat berimbang
Sekolah yang menerapkan program literasi berimbang menyadari bahwa tiap peserta didik memiliki kebutuhan yang berbeda. Oleh karena itu, strategi membaca dan jenis teks yang dibaca perlu divariasikan dan disesuaikan dengan jenjang pendidikan. Program literasi yang bermakna dapat dilakukan dengan memanfaatkan bahan bacaan kaya ragam teks, seperti karya sastra untuk anak dan remaja.

Program literasi terintegrasi dengan kurikulum
Pembiasaan dan pembelajaran literasi di sekolah adalah tanggung jawab semua guru di semua mata pelajaran sebab pembelajaran mata pelajaran apapun membutuhkan bahasa, terutama membaca dan menulis. Dengan demikian, pengembangan profesional guru dalam hal literasi perlu diberikan kepada guru semua mata pelajaran.

Kegiatan membaca dan menulis dilakukan kapanpun
Misalnya, ‘menulis surat kepada presiden’ atau ‘membaca untuk ibu’ merupakan contoh-contoh kegiatan literasi yang bermakna.

Kegiatan literasi mengembangkan budaya lisan
Kelas berbasis literasi yang kuat diharapkan memunculkan berbagai kegiatan lisan berupa diskusi tentang buku selama pembelajaran di kelas. Kegiatan diskusi ini membuka kemungkinan adanya perbedaan pendapat agar kemampuan berpikir kritis dapat diasah. Peserta didik perlu belajar untuk menyampaikan perasaan dan pendapatnya, saling mendengarkan, dan menghormati perbedaan pandangan.

Kegiatan literasi perlu mengembangkan kesadaran terhadap keberagamanWarga sekolah perlu menghargai perbedaan melalui kegiatan literasi di sekolah. Bahan bacaan untuk peserta didik perlu merefleksikan kekayaan budaya Indonesia agar mereka dapat terpajan pada pengalaman multikultural.

B.    Strategi Membangun Budaya Literasi Sekolah
Agar sekolah mampu menjadi garis depan dalam pengembangan budaya literasi, Beers, dkk. (2009) dalam buku A Principal’s Guide to Literacy Instruction, menyampaikan beberapa strategi untuk menciptakan budaya literasi yang positif di sekolah.

Mengondisikan lingkungan fisik ramah literasi
Lingkungan fisik adalah hal pertama yang dilihat dan dirasakan warga sekolah. Oleh karena itu, lingkungan fisik perlu terlihat ramah dan kondusif untuk pembelajaran. Sekolah yang mendukung pengembangan budaya literasi sebaiknya memajang karya peserta didik di seluruh area sekolah, termasuk koridor, kantor kepala sekolah dan guru.

Selain itu, karya-karya peserta didik diganti secara rutin untuk memberikan kesempatan kepada semua peserta didik. Selain itu, peserta didik dapat mengakses buku dan bahan bacaan lain di Sudut Baca di semua kelas, kantor, dan area lain di sekolah. Ruang pimpinan dengan pajangan karya peserta didik akan menunjukkan pengembangan budaya literasi. Dalam hal ini setiap sekolah perlu memenuhi standar pelayanan minimal yang ditetapkan oleh pemerintah.


Mengupayakan lingkungan sosial dan afektif sebagai model komunikasi dan interaksi yang literat
Lingkungan sosial dan afektif dibangun melalui model komunikasi dan interaksi seluruh komponen sekolah. Hal itu dapat dikembangkan dengan pengakuan atas capaian peserta didik sepanjang tahun. Pemberian penghargaan dapat dilakukan saat upacara bendera setiap minggu untuk menghargai kemajuan peserta didik di semua aspek. Prestasi yang dihargai bukan hanya akademis, tetapi juga sikap dan upaya peserta didik. Dengan demikian, setiap peserta didik mempunyai kesempatan untuk memperoleh penghargaan sekolah.

Selain itu, literasi diharapkan dapat mewarnai semua perayaan penting di sepanjang tahun pelajaran. Ini bisa direalisasikan dalam bentuk festival buku, lomba poster, mendongeng, karnaval tokoh buku cerita, dan sebagainya. Pimpinan sekolah selayaknya berperan aktif dalam menggerakkan literasi, antara lain dengan membangun budaya kolaboratif antarguru dan tenaga kependidikan. Dengan demikian, setiap orang dapat terlibat sesuai kepakaran masing-masing. Peran orang tua sebagai relawan gerakan literasi akan semakin memperkuat komitmen sekolah dalam pengembangan budaya literasi.

Mengupayakan sekolah sebagai lingkungan akademis yang literat
 Lingkungan fisik, sosial, dan afektif berkaitan erat dengan lingkungan akademis. Ini dapat dilihat dari perencanaan dan pelaksanaan gerakan literasi di sekolah. Sekolah sebaiknya memberikan alokasi waktu yang cukup banyak untuk pembelajaran literasi. Salah satunya dengan menjalankan kegiatan membaca dalam hati dan/atau guru membacakan buku dengan nyaring selama 15 menit sebelum pelajaran berlangsung. Untuk menunjang kemampuan guru dan staf, mereka perlu diberikan kesempatan untuk mengikuti program pelatihan peningkatan pemahaman tentang program literasi, pelaksanaan, dan keterlaksanaannya.

bacasaza

Menggagas Ekosistem Sekolah Yang Literat



Oleh: Ahmad Ruhiat

pittsburgh.cbslocal.com
Bacasaza – Pada hakekatnya, dunia pendidikan tidak bisa lepas dari Literasi. Sekolah sebagai lembaga pendidikan menjadi wahana berliterasi yang paling efektif untuk membudayakan literasi. Siswa sebagai pembelajar dapat digerakan oleh guru, baik melalui proses pembelajaran di kelas, pembelajaran ekstrakurikuler, atau pembelajaran lain yang dilaksanakan di sekolah. Guru juga dapat digerakan berliterasi oleh kepala sekolah dan Pengawas.

Sesuai dengan  Nomor 23 Tahun 2015 Tentang Penumbuhan Budi Pekerti, kegiatan Gerakan Penumbuhan Budi Pekerti di Sekolah melalui pembiasaan-pembiasaan yang salah satunya adalah mengembangkan Potensi Diri Peserta Didik Secara Utuh. Dalam hal literasi, sekolah hendaknya memfasilitasi secara optimal agar siswa bias menemukenali dan mengembangkan potensinya. Salah satu kegiatan wajibnya menggunakan 15 menit sebelum hari pembelajaran untuk membaca buku selain buku mata pelajaran (setiap hari).

Adapun ciri-ciri ekosistem sekolah yang literat digambarkan dalam tiga lingkungan sekolah. Yang pertama berkaitan dengan lingkungan fisik, lingkusangan sosial dan afektif, dan lingkungan akdemis. Semua lingkungan ini melibatkan semua pihak yang terkait, mulai dari siswa, guru, kepala sekolah, komite sekolah, orangtua siswa, pengawas, hingga dinas pendidikan. Sebagaimana menurut cf. Beers, dkk (2009) dalam Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah (2019: 16) sebagai berikut.

Lingkungan Fisik
1. Karya peserta didik dipajang di sepanjang lingkungan sekolah, termasuk koridor dan kantor (kepala sekolah, guru, administrasi, bimbingan konseling).
2. Karya peserta didik dirotasi secara berkala untuk memberi kesempatan yang seimbang kepada semua peserta didik.
3. Buku dan materi bacaan lain tersedia di pojok-pojok baca di semua ruang kelas.
4. Buku dan materi bacaan lain tersedia juga untuk peserta didik dan orang tua/ pengunjung di kantor dan ruangan selain ruang kelas.
5.  Kantor kepala sekolah memajang karya peserta didik dan buku bacaan untuk anak.
6.  Kepala sekolah bersedia berdialog dengan warga sekolah.

Lingkungan Sosial dan Afektif          
1.  Penghargaan terhadap prestasi peserta didik (akademis dan nonakademis) diberi-kan secara rutin (tiap minggu/bulan). Upacara hari Senin merupakan salah satu kesempatan yang tepat untuk pemberian penghargaan mingguan.
2.  Kepala sekolah terlibat aktif dalam pengembangan literasi.
3. Merayakan hari-hari besar dan nasional dengan nuansa literasi, misalnya meraya-kan Hari Kartini dengan membaca surat-suratnya.
4.  Terdapat budaya kolaborasi antarguru dan staf, dengan mengakui kepakaran masing-masing.
5. Terdapat waktu yang memadai bagi TLS untuk berkolaborasi dalam menjalankan program literasi dan hal-hal yang terkait dengan pelaksanaannya.
6. Staf sekolah dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan, terutama dalam menjalankan program literasi.

Lingkungan Akademis
1. Terdapat TLS yang bertugas melakukan asesmen dan perencanaan. Bila diperlu-kan, ada pendampingan dari pihak eksternal.
2. Disediakan waktu khusus dan cukup banyak untuk pembelajaran dan pembiasaan literasi: membaca dalam hati (sustained silent reading), membacakan buku dengan nyaring (reading aloud), membaca bersama (shared reading), membaca terpandu (guided reading), diskusi buku, bedah buku, presentasi (show-and-tell presenta-tion).
3. Waktu berkegiatan literasi dijaga agar tidak dikorbankan untuk kepentingan lain.6Kepala sekolah bersedia berdialog dengan warga sekolah.
4. Disepakati waktu berkala untuk TLS membahas pelaksanaan gerakan literasi sekolah.5Buku fiksi dan nonfiksi tersedia dalam jumlah cukup banyak di sekolah. Buku cerita fiksi sama pentingnya dengan buku berbasis ilmu pengetahuan.
5.  Buku fiksi dan nonfiksi tersedia dalam jumlah cukup banyak di sekolah. Buku cerita fiksi sama pentingnya dengan buku berbasis ilmu pengetahuan.
6.   Ada beberapa buku yang wajib dibaca oleh warga sekolah.
7. Ada kesempatan pengembangan profesional tentang literasi yang diberikan untuk staf, melalui kerja sama dengan institusi terkait (perguruan tinggi, dinas pendidikan, dinas perpustakaan, atau berbagi pengalaman dengan sekolah lain).
8. Seluruh warga sekolah antusias menjalankan program literasi, dengan tujuan membangun organisasi sekolah yang suka belajar.
9.   Guru menggunakan strategi literasi dalam pembelajaran

Program GLS dilaksanakan dengan mempertimbangkan kesiapan sekolah di seluruh Indonesia. Kesiapan ini mencakup kesiapan kapasitas sekolah (ketersediaan fasilitas, bahan bacaan, sarana, prasarana literasi), kesiapan warga sekolah, dan kesiapan sistem pendukung lainnya (partisipasi publik, dukungan kelembagaan, dan perangkat kebijakan yang relevan).

Pembiasaan kegiatan membaca yang menyenangkan di ekosistem sekolah
Pembiasaan ini bertujuan untuk menumbuhkan minat terhadap bacaan dan terhadap kegiatan membaca dalam diri warga sekolah. Penumbuhan minat baca merupakan hal fundamental bagi pengembangan kemampuan literasi peserta didik. Salah satu cara untuk menumbuhkan minat baca adalah membiasakan warga sekolah membaca buku selama 15 menit setiap hari. Kegiatan 15 menit membaca dapat dilaksanakan sebelum pelajaran dimulai atau pada waktu lain yang memungkinkan. Kegiatan yang bertujuan menumbuhkan minat terhadap bacaan ini dilaksanakan tanpa tagihan sampai minat membaca warga sekolah tumbuh, berkembang, dan sampai pada tahap gemar/cinta membaca.

Pengembangan minat baca untuk meningkatkan kemampuan literasi
Kegiatan literasi pada fase ini bertujuan mengembangkan kemampuan memahami bacaan dan mengaitkannya dengan pengalaman pribadi, berpikir kritis, dan mengolah kemampuan komunikasi secara kreatif melalui kegiatan menanggapi buku pengayaan (Anderson & Krathwol, 2001). Pengembangan minat baca yang berdasarkan pada kegiatan membaca 15 menit setiap hari ini mengembangkan kecakapan literasi melalui kegiatan nonakademis (tagihan nonakademis yang tidak terkait dengan nilai dapat dilakukan). Contoh: menulis sinopsis, berdiskusi mengenai buku yang telah dibaca, kegiatan ekstrakurikuler, dan kunjungan wajib ke perpustakaan (jam literasi).

Pelaksanaan pembelajaran berbasis literasi
Kegiatan literasi pada fase pembelajaran bertujuan mengembangkan kemampuan memahami teks dan mengaitkannya dengan pengalaman pribadi, berpikir kritis, dan mengolah kemampuan komunikasi secara kreatif melalui kegiatan menanggapi teks buku pengayaan dan buku pelajaran (cf. Anderson & Krathwol, 2001).

Dalam hal ini tagihan yang bersifat akademis (terkait dengan mata pelajaran) dapat dilakukan. Guru menggunakan strategi literasi dalam melaksanakan pembelajaran (dalam semua mata pelajaran). Pelaksanaan strategi literasi didukung dengan penggunaan pengatur grafis.

Selain itu, semua mata pelajaran sebaiknya menggunakan ragam teks (cetak/visual/digital) yang tersedia dalam buku-buku pengayaan atau informasi lain di luar buku pelajaran. Guru diharapkan bersikap kreatif dan proaktif mencari referensi pembelajaran yang relevan. Pelaksanaan pembelajaran berbasis literasi ini mendukung pelaksanaan Kurikulum 2013 yang mensyaratkan peserta didik membaca buku nonteks pelajaran yang dapat berupa buku tentang pengetahuan umum, kegemaran, minat khusus, atau teks multimodal, dan juga dapat dikaitkan dengan mata pelajaran tertentu sebanyak enam buku bagi siswa SD, 12 buku bagi siswa SMP, dan 18 buku bagi siswa SMA/SMK. Buku laporan kegiatan membaca ini disediakan oleh wali kelas. Judul dan jumlah buku yang telah dibaca dijadikan bahan pertimbangan pada saat kenaikan kelas atau kelulusan jenjang tertentu.


bacasaza

Hidup Berkualitas dengan 16 Kecakapan Abad 21



Oleh: Ahmad Ruhiat

weareteachers.com
Bacasaza – Literasi sangat penting bagi setiap orang. Literasi tidak mengenal anak, muda, dan orangtua. Literasi juga tidak mengenal status sosial dan status ekonomi, kaya dan miskin berhak berliterasi sesuai dengan kemampuannya. Sesuai dengan amanat UUD 45, Pasal 31, Ayat 3 menyebutkan bahwa Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Dalam Undang-Undang No 3 Tahun 2017 tentang Sistem Perbukuan literasi dimaknai sebagai “kemampuan untuk memaknai informasi secara kritis sehingga setiap orang dapat mengakses ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas hidupnya”.

Kutipan Satgas Gerakan Literasi Sekolah Kemendikbud (2019: 8) dalam bukunya Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah, menggambarkan 16 Kecakapan Abad 21. 16 keterampilan ini penting dikuasai guna menjadikan diri berkualitas. Dari 16 kecakapan tersebut, enam kecakapan didesain secara komprehensif yang dijadikan enam pilar literasi nasional, terdiri dari literasi baca-tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital , literasi finansial, dan literasi budaya dan kewargaan.

1.     Literasi Baca-Tulis
Kemampuan membaca, memahami, dan menggunakan bahasa tulisan.
2.    Literasi Numerasi
Kemampuan untuk menggunakan angka dan simbol lain untuk memahami dan mengekspresikan hubungan kuantitatif.
3.    Literasi Sains
Kemampuan untuk menggunakan pengetahuan dan prinsip ilmiah untuk memahami lingkungan dan menguji hipotesis.
4.   Literasi Digital
Kemampuan untuk menggunakan dan menciptakan konten berbasis teknologi, termasuk menemukan dan berbagi informasi, menjawab pertanyaan, berinteraksi dengan orang lain dan pemrograman komputer.
5.    Literasi Finansial
Kemampuan memahami dan menerapkan aspek konseptual dan ihwal keuangan dalam kegiatan keseharian.
6.   Literasi Budaya dan Kewargaan
Kemampuan memahami, menghargai, menganalisis, dan menerapkan pengetahuan tentang kebudayaan dan kewargaan.
7.    Berpikir Kritis/Pemecahan Masalah
Kemampuan untuk mengidentifikasi, menganalisis dan mengevaluasi situasi, gagasan, dan informasi untuk menyampaikan tanggapan dan solusi.
8.   Kreativitas
Kemampuan untuk mengangankan dan merancang cara baru yang inovatif untuk mengatasi masalah, menjawab pertanyaan atau mengungkapkan makna melalui penerapan, sintesis atau beradaptasi dengan tujuan pemerolehan pengetahuan yang beragam.
9.    Komunikasi
Kemampuan untuk mendengarkan, memahami, menyampaikan, dan mengontekstualisasikan informasi secara verbal, nonverbal, visual, dan tertulis.
10. Kolaborasi
Kemampuan bekerja dalam tim untuk mencapai tujuan bersa-ma, termasuk kemampuan untuk mencegah dan mengelola konflik.
11.   Melit (Keingintahuan)
Kemampuan dan keinginan untuk mengajukan pertanyaan, keterbukaan pikiran, dan keingintahuan.
12. Inisiatif
Kemampuan dan keinginan untuk secara proaktif melakukan tugas atau tujuan baru.
13. Ketekunan
Kemampuan untuk mempertahankan minat dan usaha serta tekun untuk mencapai suatu tugas atau tujuan.
14. Penyesuaian Diri
Kemampuan untuk mengubah rencana, metode, pendapat atau tujuan berdasarkan hal-hal baru.
15. Kepemimpinan
Kemampuan untuk secara efektif mengarahkan, membimbing, dan mengilhami orang lain untuk mencapai tujuan bersama.
16. Kepekaan Sosial dan Budaya
Kemampuan untuk berinteraksi sosial dan budaya secara santun.

Aktivitas literasi dalam menguasai 16 kecakapan abda 21 adalah syarat utamanya. Maka berliterasi perlu dimulai dari sekarang dan tidak ada kata berhenti sampai hayat dikandung badan. Berliteras menjadi modal dasar dalam membangun kualitas pribadi, sosial masyarkat, dan bangsa. Berliterasi juga menjadi alat perbaikan kualitas diri, ekonomi, dan kehidupan masa depan.







Monday, November 11, 2019

bacasaza

Tips Menarik Membaca Fiksi dan Nonfiksi



Oleh: Ahmad Ruhiat

realkidsread.club
Bacasaza – Kegiatan membaca tidak selalu identik dengan aktivitas serius, membaca bisa menjadi sarana liburan. Jika kita sudah memiliki minat membaca, merasa nyaman dan menikmati kegiatan membaca, maka kita sebenarnya sedang menjalani proses meluaskan pengetahuan dengan cara menyenangkan.

Membaca buku apapun sebenarnya tidak ada yang sia-sia, biasanya memilih buku bacaan disesuaikan dengan kebutuhan. Membaca buku pelajaran, tentunya kita ingin mempelajari materi pembelajaran. Membaca buku fiksi, pastinya kita ingin mengetahui cerita dalam buku fiksi tersebut. Membaca buku nonfiksi seperti buku pengethuan tertentu, niscaya kita ingin mengenal dan mengetahui pengetahuan yang terkandung dalam buku tersebut.

Lazimnya, ketka hendak membaca buku, kita melihat judul dan cover buku terlebih dulu. Banyak pertanyaan yang muncul dalam benak,  pertanyaan itulah yang menuntuk kita untuk tertarik membacanya. Karena membaca adalah proses menyelami cerita atau pengetahuan yang disajkan dalam buku, maka proses inilah yang menuntun kita untuk mengingat, berpikir dan memhami renteten informasi yang disampaikan penulis kepada pembacanya.

Membaca yang baik adalah membaca yang dapat mengingat dan memahami pesan atau isi buku yang disampaikan penulis. Berikut tips menarik yang tidak boleh dilewatkan oleh pembaca baik sebelum maupun sesudah melakukan kegiatan membaca. Tips ini disampaikan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan dalam buku Panduan Praktis Gerakan Literasi Sekolah (2017: 14).

Membaca Buku Fiksi
Sebelum Membaca
·      judul dan gambar-gambar di buku, kira-kira cerita tersebut tentang apa?
·      Apakah cerita ini nyata atau fantasi? Dari mana saya tahu?
·      Bila teks ini nyata, pengetahuan atau manfaat apa yang akan saya dapatkan?
·      Apa yang dibutuhkan atau diinginkan tokoh cerita?
·      Mengapa saya ingin membaca cerita ini?
·      Bagaimana saya bisa menggambarkan latar cerita? Saat Membaca
·      Apa yang akan terjadi di dalam cerita ini?
·      Bagaimana perasaan saya tentang tokoh utama?
·      Mengapa tokoh cerita bersikap atau berperilaku seperi itu?
·      Apakah cerita atau teks ini masuk akal?
·      Bagaimana kira-kira akhir cerita ini?
·      Apakah cerita ini mengingatkan saya pada hidup saya sendiri atau orang lain?

Saat Membaca
·      Apa yang akan terjadi di dalam cerita ini?
·      Bagaimana perasaan saya tentang tokoh utama?
·      Mengapa tokoh cerita bersikap atau berperilaku seperi itu?
·      Apakah cerita atau teks ini masuk akal?
·      Bagaimana kira-kira akhir cerita ini?
·      Apakah cerita ini mengingatkan saya pada hidup saya sendiri atau orang lain?

Setelah Membaca
·      Bagaimana cerita ini mempengaruhi perasaan saya?
·      Apa yang saya sukai atau tidak sukai dari cerita ini?
·      Bagian mana dalam cerita ini yang menurut saya penting?
·      Apakah perasaan saya tentang tokoh cerita berubah di akhir cerita?
·      Adakah perubahan perasaan atau perilaku tokoh-tokoh cerita di akhir cerita?
·      Apa pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca seperti saya?

Membaca Buku Nonfiksi
Sebelum Membaca
·      Berdasarkan judul dan gambar-gambar di buku, kira-kira isi buku ini tentang apa?
·      Apakah isi buku ini faktual/nyata? Darimana saya tahu?
·      Apabila isi buku ini nyata, pengetahuan atau manfaat apa yang akan saya dapatkan?
·      Mengapa saya ingin membaca buku ini?
·      Bagaimana saya bisa menggambarkan garis besar isi buku ini?

Saat Membaca
·      Bagian apa sajakah yang akan dibahas di dalam buku ini?
·      Bagaimana bagian-bagian buku akan dibahas?
·      Apakah data dan informasi pendukung tersedia dengan memadai?
·      Bagaimana saya memahami setiap bagian di dalam buku?
·      Apakah bahasan pada setiap bagian masuk akal?
·      Bagaimana kira-kira ringkasan atau simpulan buku ini?

Setelah Membaca
·      Bagaimana buku ini mempengaruhi pikiran atau pemahaman saya?
·      Apa yang saya sukai atau tidak sukai dari buku ini?
·      Bagian mana dalam buku ini yang menurut saya penting?
·      Bagian mana dalam buku ini yang pernah dibahas di buku lain?
·      Apakah bagian simpulan telah mencakup keseluruhan isi buku?
·      Apakah kritik dan saran yang saya kemukakan terhadap buku ini?
·      Apa maksud yang ingin disampaikan pembaca kepada pembaca seperti saya?

Pemahaman membaca tidak hanya memahami tetapi sebagai hiburan. Banyak membaca akan memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas, dan orang yang menguasai ilmu pengetahuan yang luas ialah orang yang yang berkualitas yang mudah memperbaiki kualitas kehidupannya. Minat baca, buku dan perpustakaan adalah tiga elemen pokok dalam suatu sistem pendidikan yang dapat menciptakan kualitas generasi masa kini dan masa depan. Selamat membaca.