Oleh Ahmad Ruhiat
Bacasaza – Setiap orang niscaya mengalami keresahan
dan kesusahan dalam kehidupannya sehari-hari. Ada yang mengalami rezekinya yang
sempit tak berkesudahan, jodoh yang diharapkan tak kunjung tiba, sulit memperoleh
pekerjaan yang layak, bisnis yang mulai tak menentu, terkena penyakit yang
menyusahkan, sering berselisih dalam rumah tangga, dan banyak lagi kesusahan
lainnya.
Sudah kodrat
manusia akan merasa resah dan menderita jikalau sedang mengalami kesulitan. Niscaya,
Allah Swt. pun dapat memahami sikap para hamba-Nya. Namun akan sangat bermakna
dan bernilai pahala, apabila rasa resah dan gelisah itu disikapi dengan penuh
keimanan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah Swt. Kunci utamanya adalah
bertauhid kepada-Nya.
Pasrah yang
disertai keyakinan penuh kepada Allah Swt., pastinya memahami tujuan Allah
memberikan kesulitan dan kesusahan itu semata-mata untuk meninggikan
derazat kita di mata-Nya, menguji sejauhmana keimanan dan ketaqwaan kita
kepada-Nya, bahkan bisa jadi sebagai kifarat atas dosa-dosa kita yang telah
dilakukan di masa lalu.
Pasrah yang
dilandasi dengan tauhid juga adalah tawakal yang disertai ketaatan dalam menjalankan
ibadah kepada-Nya, dan senantiasa istiqamah menjauhkan diri dari perbuatan
maksiat dan mensekutukan-Nya. Pasrah inilah yang mendatangkan ridho dan rahmat
Allah Swt.
Allah Swt.
melalui Al-Quran yang disampaikan Rasulullah Saw.menawarkan banyak cara dalam
menyelesaikan segala persoalan hidup di dunia ini. Kuncinya bertauhid dan
meluruskan akidah. Yakin seyakin-yakinnya yang ditunjukkan dengan sikap pasrah
dan tawakal, dan sabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah Swt.
Jika hati
dan pikiran kita sudah kuat meyakini Allah Swt., niscaya, kita akan jauh dari rasa putus asa dan aral merintang, dan itulah sikap yang terbaik dan positif dalam menghadapi masalah. Sebaliknya, apabila jwa kita lemah dan kurang yakin akan Kekuasaan dan Pertolongan Allah Swt., maka kita akan selalu merasakan kegelisahan hidup yang tak berkesudahan.
Acapkali,
ada beberapa pemahaman yang keliru bahwa sedekah bisa menjadi jalan pintas keluar dari masalah atau sebagai alat memperlancar doa. Dalam prakteknya, tidak sedikit yang gagal paham dalam
memaknai anjuran amalan bersedekah ini. Dalam beberapa momen,
banyak orang yang punya masalah atau yang ingn disegerakan dikabulkannya doa dengan bersedekah mengikuti anjuran guru atau tutor dalam suatu pelatihan atau pengajian, bahkan tidak
tanggung-tanggung nilai sedekah yang dikeluarkan sangat besar, padahal sebelumnya
sangat jarang bersedekah.
Namun sayang, niat bersedekah menjadi tidak murni dikarenakan ada kemauan atau bertujuan tertentu. Meski banyak pahala dalam amalan bersedekah yang Allah Swt. janjikan, namun bukan berarti sedekah yang dikeluarkan dijadikan media untuk mencapai tujuan tertentu atau tujuan khusus karena kita sedang bermasalah. Seyogyianyaamalan sedekah ini ikhas karena ibadah, bukan bersedekah berpamrih atau ada embel-embelnya. Nilainya ada pada niat seseorang saat bersedekah.
Namun sayang, niat bersedekah menjadi tidak murni dikarenakan ada kemauan atau bertujuan tertentu. Meski banyak pahala dalam amalan bersedekah yang Allah Swt. janjikan, namun bukan berarti sedekah yang dikeluarkan dijadikan media untuk mencapai tujuan tertentu atau tujuan khusus karena kita sedang bermasalah. Seyogyianyaamalan sedekah ini ikhas karena ibadah, bukan bersedekah berpamrih atau ada embel-embelnya. Nilainya ada pada niat seseorang saat bersedekah.
Jenis bersedekah dengan pamrih/ ada embel-embel-nya:
Semoga dengan sedekah ini jadi jalan
Allah Swt. memudahkan jodohku.
Semoga dengan sedekah ini jadi jalan
Allah Swt. memudahkan rezekiku.
Semoga dengan sedekah ini jadi jalan
Allah Swt. mengabulkan keinginan dan harapanku.
Semoga dengan sedekah ini jadi jalan
Allah Swt. dlancarkan segala urusanku.
Berbeda dengan jenis bersedekah
dengan ikhlas dan karena rasa syukur Kepada-Nya:
Ya Allah, semoga dengan sedekah ini,
aku menjadi hamba-Mu yang senantiasa gemar beramal shaleh dan beribadah
kepada-Mu, serta menjadi hamba-Mu yang senantiasa bersyukur kepada-Mu, Semoga
Engkau Ridho terhadapku
Jenis
bersedekah berpamrih, tentu tidak dianjurkan. Beramal baik dan beribadah sepatutnya
dilakukan hanya semata-mata karena Allah Swt. Tugas kita hanya menjalankan
amalan sedekah saja. Niat bersedekah dilakukan karena keimanan yang kuat dan
kesadaran bahwa rezeki yang diperoleh dari-Nya, dan sebagian dari rezeki kita
miliki patut disedekahkan.
Sedekah yang
sempurna adalah sedekah yang dilakukan semata-mata atas dasar keimanan dan
ketaqwaan kepada Allah Swt. baik dalam keadaan susah maupun bahagia. Allah Swt.
berfirman: "Katakanlah:
'Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di
antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)'. Dan
barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah
Pemberi rezki yang sebaik-baiknya." (QS. Saba [34]: 39).
Sedekah yang
dilakukukan semata-mata karena bersyukur dan beribadah kepada Allah Swt. inilah
yang sebenarnya bernilai pahala. Dalam surah Saba ayat 39 di atas sudah jelas,
Allah Ta’ala yang telah melapangkan rezeki kita, dan Allah Swt. pula yang dapat
menyempitkan harta kita sesuai dengan kehendak-Nya. Sedekah yang kita tunaikan
seharusnya menjadi tanda kita bersyukur kepada Allah Swt., bukan bersedekah karena
ingin dikabulkannya keinginan.
“Bersyukurlah terhadap nikmat Allah jika kamu sungguh-sungguh
menyembah kepada Nya.” (QS. An-Nahl: 144). Sudah sepantasnya-lah kita bersyukur
atas rezeki yang Allah amanahkan kepada kita. Sesungguhnya bersyukur kepada Allah
adalah perbuatan wajib. Ini jelas daripada firman-Nya bermaksud: “Barang siapa yang
bersyukur maka hal itu untuk (kebaikan) dirinya sendiri. Dan barang
siapa yang ingkar maka sesungguhnya Tuhan itu Maha Kaya dan Maha Mulia.”
(QS. Al-Naml: 40).
Bersedekah adalah bernilai pahala besar, maka harta yang disedekahkan haruslah yang dihasilkan dari hasil yang baik dan halal, baik sedekah yang jumlahnya besar maupun kecil sesuai dengan kemampuan. Rasulullah Saw. bersabda, "Barangsiapa bersedekah dengan sesuatu senilai satu buah kurma yang diperolehnya dari hasil kerja yang baik, bukan haram, dan Allah itu tidak akan menerima kecuali yang baik. Maka sesungguhnya Allah akan menerima sedekah orang itu dengan tangan kanannya, sebagai kiasan kekuasaanNya, kemudian memperkembangkan pahala sedekah tersebut untuk orang yang melakukannya, sebagaimana seseorang dari engkau semua memperkembangkan anak kudanya sehingga menjadi seperti gunung—yakni memenuhi lembah gunung karena banyaknya." (Muttafaq 'alaih, dari Abu Hurairah r.a).
Bersedekah adalah bernilai pahala besar, maka harta yang disedekahkan haruslah yang dihasilkan dari hasil yang baik dan halal, baik sedekah yang jumlahnya besar maupun kecil sesuai dengan kemampuan. Rasulullah Saw. bersabda, "Barangsiapa bersedekah dengan sesuatu senilai satu buah kurma yang diperolehnya dari hasil kerja yang baik, bukan haram, dan Allah itu tidak akan menerima kecuali yang baik. Maka sesungguhnya Allah akan menerima sedekah orang itu dengan tangan kanannya, sebagai kiasan kekuasaanNya, kemudian memperkembangkan pahala sedekah tersebut untuk orang yang melakukannya, sebagaimana seseorang dari engkau semua memperkembangkan anak kudanya sehingga menjadi seperti gunung—yakni memenuhi lembah gunung karena banyaknya." (Muttafaq 'alaih, dari Abu Hurairah r.a).
Allah Swt.
melipatgandakan ganjaran atau pahala orang yang menafkah hartanya di jalan
Allah. "Perumpamaan (nafkah yang
dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah
serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir:
seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki.
Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui." (QS.
Al-Baqarah [2]: 261).
Apabila
harta yang disedekahkan halal dan diniatkan semata-mata karena Allah, serta
selalu memohon ampunan dari Allah dan berbuat kebaikan. Insya Allah. Kita akan
digolongkan dalam orang-orang yang taqwa.
"Dan bersegeralah kamu kepada
ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang
disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa, (yaitu) orang-orang yang
menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang
yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai
orang-orang yang berbuat kebajikan" (QS. Ali Imran [3]: 133-134).
Biarkan
sedekah yang ditunaikan itu pergi tanpa harus diingat-ingat. Serahkan saja balasan apa yang pantas Allah Swt.
berikan untuk kita. Sedekah hanya salah satu dari banyak amalan ibadah
yang mendatangkan Ridho dan Rahmat-Nya bagi hamba-hamba pilihan dan yang
dikehendaki-Nya.
Biarkan sedekah yang ditunaikan itu pergi tanpa harus dihitung-hitung. Biarkan
sedekah itu pergi untuk kembali menjadi pahala besar dari-Nya, baik yang
diberikan di dunia ini maupun kelak di akherat. Boleh jadi, sedekah yang ditunakan itu kembali kepada kita dalam bentuk kifarat (penghapus) dosa atau sebagai penyelamat diri untuk masuk surga-Nya. Yang penting setelah bersedekah adalah kita selalu istiqamah bertauhid,
taat menjalankan ibadah shalat dan ibadah wajib lainnya, dan tentunya
menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan syirik dan maksiat kepada Allah
Swt.