Baca Kilas

Monday, December 2, 2019

bacasaza

Citra Rasulullah di Mata Allah



Oleh Ahmad Ruhiat


Bacasaza – Islam mengajarkan kepada umat-Nya untuk mengikuti dan meneladani ajaran Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah SWT. Figur Nabi Muhammad dijelaskan oleh Allah sendiri melalui aya-ayat-Nya dalam Al-Quran. Allah mengutus Nabi Muhammad sebagai nabi dan rasul terakhir umat manusia hingga akhir jaman.

Nabi Muhammad bukanlah Tuhan, akan tetapi hanya manusia biasa yang dipercaya oleh Allah Swt. sebagai rahmat  bagi seluruh alam. Sebagaimana yang ditegaskan Allah: “Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam” (Q.S. Al-Anbiya: 107).

Dalam Al-Quran, Allah Swt. sendiri menyuruh Nabi Muhammad menyembah Allah. “Katakanlah (Muhammad): “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (Q.S. Ali-Imran: 31).

Setelah Allah menyuruh Nabi Muhammad menyembah Allah, lalu Allah Swt. menyuruh manusia mentaati Rasullulah Saw. “Barangsiapa mentaati Rasul (Muhammad), maka sesungguhnya dia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa berpaling (dari ketaatan itu), maka (ketahuilah) Kami tidak mengutusmu (Muhammad) untuk menjadi pemelihara mereka (Q.S. An-Nisa’: 80).

Setelah memahami hakekat diutusnya Rasulullah Saw. yang mendapat gelar mulia sebagai rahmat bagi seluruh alam. Allah menyeru kepada orang-orang beriman untuk bertaqwa kepada Allah. “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui” (Q.S. Al-Hujurat: 1).

Kedudukan Nabi Muhammad di mata Allah Swt. sangat tinggi. Bahkan Allah menyeru hamba-hambanya untuk bersikap sopan santun. “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya (suara) sebagian kamu terhadap yang lain, nanti (pahala) segalah amalanmu bisa terhapus sedangkan kamu tidak menyadari (Q.S. Al-Hujuraat: 2).

Ayat selanjutnya, Allah menyeru: “Sesungguhnya orang-orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah, mereka itulah orang-orang yang telah diuji hatinya oleh Allah untuk bertakwa. Mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar. Sesungguhnya orang-orang yang memanggil engkau (Muhammad) dari luar kamar(mu) kebanyakan mereka tidak mengerti. (Q.S. Al-Hujuraat: 3-4), dan “Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul (Muhammad) di antara kamu seperti panggilan sebagian kamu kepada sebagian (yang lain). (Q.S. An-Nuur: 63).

Ibnu Abbas ra menafsirkan ayat di atas sebagai berikut. Dahulu orang-orang memanggil Nabi SAW dengan sebutan, Ya Muhammad, Ya Abal Qasim, kemudian Allah SWT melarang mereka, sebagai pengangungan dan penghormatan kepada Nabi-Nya. Dia berkata: “Panggilah dengan Ya Nabiyallah, Ya Rasulallah” (Ibnu Katsir, tafsir surat An-nur: 63).

Kehidupan Rasulullah SAW adalah contoh bagi generasi-generasi mendatang sampi hari kiamat, Al-Quran menceritakan hal ini dalam ayatnya: “Dan sesungguhya engkau pasti mendapat pahala yang besar yang tidak putus-putusnya. Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur (Q.S. Al-Qalam: 3-4)

Kepribadian Rasulullah SAW menjadi model sempurna manusia dalam mengetahui dan memahaminya hakekat hidup semasa di dunia untuk menuju hidup kekal di akherat. Allah SWT mengenalkan sosok nabi Muhammad SAW kepada seluruh umat manusia sebagai tauladan yang baik, yang telah diuraikan dalam firman-Nya: “sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah suri tauladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharapkan –rahmat- Allah dan beriman kepada hari akhir serta banyak menyebut Allah. (Q.S. Al-Ahzab: 21).


Selanjutnya
« Prev Post
Sebelumnya
Next Post »