Oleh Ahmad Ruhiat
Bacasaza – Islam mengajarkan kepada umat-Nya untuk mengikuti dan meneladani
ajaran Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah SWT. Figur Nabi Muhammad dijelaskan
oleh Allah sendiri melalui aya-ayat-Nya dalam Al-Quran. Allah mengutus Nabi
Muhammad sebagai nabi dan rasul terakhir umat manusia hingga akhir jaman.
Nabi Muhammad bukanlah Tuhan, akan tetapi hanya manusia
biasa yang dipercaya oleh Allah Swt. sebagai rahmat bagi seluruh alam. Sebagaimana yang
ditegaskan Allah: “Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad),
melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam” (Q.S. Al-Anbiya: 107).
Dalam Al-Quran, Allah Swt. sendiri menyuruh Nabi Muhammad menyembah
Allah. “Katakanlah (Muhammad): “Jika kamu
(benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan
mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (Q.S. Ali-Imran: 31).
Setelah Allah menyuruh Nabi Muhammad menyembah Allah, lalu
Allah Swt. menyuruh manusia mentaati Rasullulah Saw. “Barangsiapa mentaati Rasul (Muhammad), maka sesungguhnya dia telah mentaati Allah.
Dan barangsiapa berpaling
(dari ketaatan itu), maka (ketahuilah) Kami tidak mengutusmu (Muhammad) untuk menjadi
pemelihara mereka (Q.S. An-Nisa’: 80).
Setelah memahami hakekat diutusnya
Rasulullah Saw. yang mendapat gelar mulia sebagai rahmat bagi seluruh alam.
Allah menyeru kepada orang-orang beriman untuk bertaqwa kepada Allah. “Wahai
orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui” (Q.S.
Al-Hujurat: 1).
Kedudukan Nabi Muhammad di mata Allah
Swt. sangat tinggi. Bahkan Allah menyeru hamba-hambanya untuk bersikap sopan
santun. “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu meninggikan suaramu
melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang
keras, sebagaimana kerasnya (suara) sebagian kamu terhadap yang lain, nanti
(pahala) segalah amalanmu bisa terhapus sedangkan kamu tidak menyadari (Q.S.
Al-Hujuraat: 2).
Ayat selanjutnya, Allah
menyeru: “Sesungguhnya orang-orang yang merendahkan suaranya di sisi
Rasulullah, mereka itulah orang-orang yang telah diuji hatinya oleh Allah untuk
bertakwa. Mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar. Sesungguhnya
orang-orang yang memanggil engkau (Muhammad) dari luar kamar(mu) kebanyakan
mereka tidak mengerti. (Q.S. Al-Hujuraat: 3-4), dan “Janganlah kamu
jadikan panggilan Rasul (Muhammad) di antara kamu seperti panggilan sebagian
kamu kepada sebagian (yang lain). (Q.S. An-Nuur: 63).
Ibnu Abbas ra menafsirkan ayat di atas sebagai berikut. Dahulu
orang-orang memanggil Nabi SAW dengan sebutan, Ya Muhammad, Ya Abal Qasim,
kemudian Allah SWT melarang mereka, sebagai pengangungan dan penghormatan
kepada Nabi-Nya. Dia berkata: “Panggilah dengan Ya Nabiyallah, Ya Rasulallah” (Ibnu Katsir, tafsir surat An-nur: 63).
Kehidupan Rasulullah SAW adalah contoh bagi generasi-generasi
mendatang sampi hari kiamat, Al-Quran menceritakan hal ini dalam ayatnya: “Dan sesungguhya engkau pasti mendapat pahala yang besar yang tidak putus-putusnya. Dan
sesungguhnya engkau benar-benar
berbudi pekerti yang luhur (Q.S. Al-Qalam: 3-4)
Kepribadian Rasulullah SAW menjadi model sempurna manusia
dalam mengetahui dan memahaminya hakekat hidup semasa di dunia untuk menuju
hidup kekal di akherat. Allah SWT mengenalkan sosok nabi Muhammad SAW kepada
seluruh umat manusia sebagai tauladan yang baik, yang telah diuraikan dalam
firman-Nya: “sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah suri tauladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi
orang yang mengharapkan –rahmat- Allah dan beriman kepada hari akhir serta banyak menyebut Allah. (Q.S. Al-Ahzab: 21).