Menggali Kecerdasan Anak Dengan Pola Asuh Yang Sehat
Oleh: A.Ruhiat
Prof. DR. H. Arief Rachman
Diakui Arief Rachman, orangtua sebagai penanggung jawab utama dalam mendidik anak harus memberikan perhatian khusus terhadap pengenalan dan penggalian potensi kecerdasan anak. Lebih lanjut, Arief Rachman menjabarkan tata cara menggali potensi kecerdasan anak. Apa saja tata caranya? Berikut perbincangan lengkap MaPI dengan beliau.
Oleh: A.Ruhiat
Prof. DR. H. Arief Rachman
Diakui Arief Rachman, orangtua sebagai penanggung jawab utama dalam mendidik anak harus memberikan perhatian khusus terhadap pengenalan dan penggalian potensi kecerdasan anak. Lebih lanjut, Arief Rachman menjabarkan tata cara menggali potensi kecerdasan anak. Apa saja tata caranya? Berikut perbincangan lengkap MaPI dengan beliau.
Bagaimana cara menggali potensi kecerdasan anak?
Paling tidak ada lima potensi kecerdasan anak yang perlu dikenali dan
dikembangkan secara seimbang. Pertama, potensi spiritual. Yang
terpenting dalam potensi ini, anak diarahkan untuk mengetahui siapa
penciptanya. Hal ini bertujuan agar anak mampu menghadirkan
Tuhan/Keimanan dalam setiap aktivitas. Selain itu, hal ini untuk melatih
kegemaran berbuat untuk Allah, disiplin dalam beribadah, sabar,
berupaya, serta berterima kasih/bersyukur atas pemberian Tuhan.
Kedua,
potensi akal. Potensi yang perlu dikembangkan dalam diri anak dapat
dimulai dengan menggali kemampuan berhitung, kemampuan verbal dan
spasial, serta kemampuan membedakan dan kemampuan membuat daftar
prioritas. Orangtua perlu mengenal sejauh mana kemampuan-kemampuan ini
dimiliki anak-anaknya, sehingga pendidikan yang diterapkan dalam
keluarga dapat disesuaikan dengan pribadi anak yang bersangkutan.
Ketiga, potensi jasmani. Potensi ini amat menunjang potensi lainnya. Untuk itulah anak harus sehat secara medis. Diupayakan juga agar anak dapat beradaptasi dengan berbagai cuaca. Di samping itu, anak juga harus tahan bekerja keras. Ini diperlukan agar ia memiliki jiwa pekerja keras dan tidak lemah.
Keempat, potensi perasaan. Banyaknya anak yang mudah marah dan mudah putus asa karena perasaannya tidak diasah. Karenanya, anak perlu diberi pendidikan agar mampu mengendalikan emosi, mengerti perasaan orang lain, senang bekerja sama, menunda kepuasan sesaat serta berkerpribadian stabil. Hal ini penting bagi anak ketika berinteraksi dengan orang lain.
Kelima, potensi sosial. Lingkungan bagi anak merupakan suatu hal yang berharga. Anak diarahkan untuk bisa berinteraksi dengan lingkungannya, seperti senang berkomunikasi, senang membantu orang lain agar merasa bahagia, serta senang bekerjasama dengan teman sebayanya.
Ketiga, potensi jasmani. Potensi ini amat menunjang potensi lainnya. Untuk itulah anak harus sehat secara medis. Diupayakan juga agar anak dapat beradaptasi dengan berbagai cuaca. Di samping itu, anak juga harus tahan bekerja keras. Ini diperlukan agar ia memiliki jiwa pekerja keras dan tidak lemah.
Keempat, potensi perasaan. Banyaknya anak yang mudah marah dan mudah putus asa karena perasaannya tidak diasah. Karenanya, anak perlu diberi pendidikan agar mampu mengendalikan emosi, mengerti perasaan orang lain, senang bekerja sama, menunda kepuasan sesaat serta berkerpribadian stabil. Hal ini penting bagi anak ketika berinteraksi dengan orang lain.
Kelima, potensi sosial. Lingkungan bagi anak merupakan suatu hal yang berharga. Anak diarahkan untuk bisa berinteraksi dengan lingkungannya, seperti senang berkomunikasi, senang membantu orang lain agar merasa bahagia, serta senang bekerjasama dengan teman sebayanya.
Bagaimana menyelaraskan kelima potensi tersebut?
Agar
semua potensi tadi bisa dikembangkan secara seimbang, diperlukan pola
asuh yang sehat. Anak diberikan suri tauladan yang positif yang didasari
oleh rasa kasih sayang, memberikan pendidikan yang sesuai.
Yang tidak kalah penting adalah mengembangkan watak positif pada anak, seperti bertakwa, fleksibel, terbuka, tegas, berencana dalam setiap hal, mandiri, toleransi, disiplin, berani mengambil risiko, sportif, setia kawan, memiliki integritas, berorientasi masa depan, serta mampu kemampuan menyelesaikan tugas (amanah) yang diberikan.
Bagaimana cara menumbuhkan kreativitas anak?
Kita perlu mengenali ciri-ciri anak yang kreatif yang terdiri dari berwajah cerah dan berfisik dinamis, berminat luas, (pada musik, mata pelajaran, politik, dan lain sebagainya), bertanya (pertanyaan yang berbobot), selalu ingin tahu, serta menginginkan penjelasan yang berdasar ilmiah, tidak berbatas tembok status, berani mengambil risiko, mempunyai banyak alternatif untuk menyelesaikan masalah, tidak cepat puas, hampir selalu ingin sempurna, berani tampil beda, senang menggali pengetahuan, serta mempunyai gagasan-gagasan yang original.
Model pembelajaran yang mampu mengembangkan kreativitas anak, terdiri dari pengenalan, pengalaman (experiential learning) penemuan, pengertian, dan pengalaman. Untuk mengembangkan kreativitas anak, kita perlu mendidik mereka secara baik dan tepat. Jangan biarkan anak berkreativitas di bawah tekanan. Kreativitas harus muncul dari dalam dirinya.
Banyak cara untuk menumbuhkan daya kreativitas anak dan salah satunya adalah dengan memberikan pendidikan melalui permainan-permainan atau pendidikan lain yang sekiranya membuat anak senang belajar.
Yang tidak kalah penting adalah mengembangkan watak positif pada anak, seperti bertakwa, fleksibel, terbuka, tegas, berencana dalam setiap hal, mandiri, toleransi, disiplin, berani mengambil risiko, sportif, setia kawan, memiliki integritas, berorientasi masa depan, serta mampu kemampuan menyelesaikan tugas (amanah) yang diberikan.
Bagaimana cara menumbuhkan kreativitas anak?
Kita perlu mengenali ciri-ciri anak yang kreatif yang terdiri dari berwajah cerah dan berfisik dinamis, berminat luas, (pada musik, mata pelajaran, politik, dan lain sebagainya), bertanya (pertanyaan yang berbobot), selalu ingin tahu, serta menginginkan penjelasan yang berdasar ilmiah, tidak berbatas tembok status, berani mengambil risiko, mempunyai banyak alternatif untuk menyelesaikan masalah, tidak cepat puas, hampir selalu ingin sempurna, berani tampil beda, senang menggali pengetahuan, serta mempunyai gagasan-gagasan yang original.
Model pembelajaran yang mampu mengembangkan kreativitas anak, terdiri dari pengenalan, pengalaman (experiential learning) penemuan, pengertian, dan pengalaman. Untuk mengembangkan kreativitas anak, kita perlu mendidik mereka secara baik dan tepat. Jangan biarkan anak berkreativitas di bawah tekanan. Kreativitas harus muncul dari dalam dirinya.
Banyak cara untuk menumbuhkan daya kreativitas anak dan salah satunya adalah dengan memberikan pendidikan melalui permainan-permainan atau pendidikan lain yang sekiranya membuat anak senang belajar.
Bagaimana pola asuh yang sehat itu?
Pola asuh yang sehat adalah yang membuat anak memiliki watak yang
baik dan memiliki jati diri. Pola asuh yang baik adalah dengan
memberikan suri tauladan dalam mengembangkan kelima potensi kecerdasan
anak tadi.
Biasakan pula mengajak anak berdialog agar melahirkan watak yang senang berdiskusi yang pada gilirannya akan memunculkan jati diri mudah bersosialisasi. Selain itu, lakukanlah pembimbingan agar anak memiliki tempat bertanya, bekerja sama agar anak merasa diperlukan. Terakhir, beri pedoman agar anak berkesadaran akan tujuan hidupnya sehingga memiliki jati diri berprinsip.
Pendidikan anak dibilang sukses bila tercipta anak didik yang tidak hanya cerdas secara otak, tapi juga secara spiritual. Ini bisa terwujud apabila terbentuk kerja sama yang efektif antara orangtua, siswa, dan guru. Tenaga pendidik di sekolah hendaknya tidak hanya berorientasi untuk mengajar, melainkan juga untuk mendidik. Guru yang diharapkan merangsang kecerdasan anak didik adalah yang berorientasi kepada siswa, dinamis, dan demokratis. (Ahmad dalam MaPI No. 01 Th. XII Shafar 1432 H/Januari 2011 M, hal. 14-15).
Biasakan pula mengajak anak berdialog agar melahirkan watak yang senang berdiskusi yang pada gilirannya akan memunculkan jati diri mudah bersosialisasi. Selain itu, lakukanlah pembimbingan agar anak memiliki tempat bertanya, bekerja sama agar anak merasa diperlukan. Terakhir, beri pedoman agar anak berkesadaran akan tujuan hidupnya sehingga memiliki jati diri berprinsip.
Pendidikan anak dibilang sukses bila tercipta anak didik yang tidak hanya cerdas secara otak, tapi juga secara spiritual. Ini bisa terwujud apabila terbentuk kerja sama yang efektif antara orangtua, siswa, dan guru. Tenaga pendidik di sekolah hendaknya tidak hanya berorientasi untuk mengajar, melainkan juga untuk mendidik. Guru yang diharapkan merangsang kecerdasan anak didik adalah yang berorientasi kepada siswa, dinamis, dan demokratis. (Ahmad dalam MaPI No. 01 Th. XII Shafar 1432 H/Januari 2011 M, hal. 14-15).